Lanjutan
Aku dan teman-teman suka bisik-bisik membicarakan tetek Bu Kantin yg memang gede. Bahkan diam-diam aku suka mencuri pandang ke busungan buah dadanya yg agak terbuka saat ia memakai baju yg belahan di bagian dadanya agak terbuka. Bahkan Bondan, temanku yg dikenal paling badung di sekolah, pernah sengaja tetap berdiri di pintu kamar Bu Lastri yg sempat saat wanita itu hendak lewat. Akibatnya tubuh Bondan dan Bu Lastri menjadi sangat rapat dan saling berdesakan.
“Sudah emak-emak tapi toket Bu Merry sangat mantap bro,” kata Bondan setelah itu.
Bondan mengaku, tetek Bu Lastri yg menyentuh lengannya terasa hangat dan empuk. Setelah melihat adegan seks di film BF seorang ibu ngentot dengan anaknya, kalau lagi horny diam-diam aku suka membaygkan Bu Kantin. Membaygkan nikmatnya meremasi susunya yg gede. Juga membaygkan ngentot dengan wanita berusia 52, seperti yg dilakukan seorang bocah belasan tahun bersetubuh dengan Nyonya Merry.
Sejak kematian Pak Munib, mantan suaminya yg bekerja sebagai tukang kebun dan penjaga sekolah dua tahun lalu, Bu Lastri tetap menjadi pengelola kantin dan tinggal di bangunan belakang sekolah. Posisinya sebagai pengelola kantin memang sempat nyaris tergusur gara-gara ada pihak luar yg mengajukan diri ke pihak yayasan. Namun entah bagaimana ceritanya hingga kini ibu dari satu anak dan tiga orang cucu yg konon transmigrasi ke luar Jawa itu tetap diperkenankan menempati rumah dinas penjaga sekolah dan mengelola kantin. Bahkan penjaga sekolah yg baru tidak mendapat jatah rumah dinas dan dibebaskan jaga malam hari.
Saat sampai di sekolah, seperti yg kuduga, pintu gerbang depan sekolah. Satu-satunya jalan masuk lain adalah lewat pintu belakang yg sengaja dibuat untuk akses keluar masuk Bu Lastri ke dlm kompleks sekolah bila sudah tidak ada kegiatan belajar. Tapi apa mungkin pintunya tidak dikunci bila Bu Lastri sudah di dlm rumah? Pikirku membathin.
Untung lokasi sekolah relatif jauh dengan pemukiman penduduk. Aku menjadi leluasa menuju ke tembok pagar bagian bangunan sekolah yg banyak ditumbuhi pohon pisang. Setelah memarkir motor di tempat yg kuanggap aman, kudekati pintu belakang. Dugaanku tidak meleset, pintu belakang pun tertutup rapat dan tergembok dari dlm. Mustahil kalau aku harus berteriak-teriak memanggil Bu Lastri dari luar pagar. Bisa-bisa malah dianggap maling atau orang yg hendak berbuat jahat.
Di tengah kekalutan membayangkan sikap kakaku yg tengah kehilangan laptop, kulihat setumpuk lonjoran bambu di dekat pematang. Mungkin milik petani sayuran yg hendak membuat pagar pagar untuk tanamannya. Aku menemukan akal. Ada pohon mangga di dlm lingkungan sekolah yg dahannya menjorok ke luar di atas pagar tembok. Maka kupakai beberapa batang bambu untuk panjatan naik ke atas tembok. Meski agak sulit akhirnya aku berhasil naik dan masuk ke lingkungan sekolah melalui pohon mangga.
Aku langsung menuju ke lokasi kantin yg juga menjadi tempat tinggal Bu Lastri. Namun langkahku tercekat. Di pelataran halaman kantin terlihat sebuah sepeda onthel kuno terparkir. Padahal aku tahu Bu Kantin sama sekali tidak memiliki kendaraan. Karena curiga, kudekati lokasi sepeda terparkir dengan berjalan mengendap. Ternyata sepeda onthel milik Pak Ilham. Aku bisa mengenali setelah melihat dlm jarak cukup dekat. Dan aku yakin sepeda itu miliknya setelah melihat adanya aksesoris bel berbentuk bulatan besar yg terpasang di stangnya. Pak Ilham yg merupakan salah satu aktivis klub sepeda onthel di kotaku, selalu membanggakan bentuk bel sepeda kuno yg dimilikinya.
Ada apa apa Pak Ilham malam-malam ada di rumah Bu Lastri? Tetapi lampu di ruang tamu Bu Kantin terlihat tidak menyala. Membuatku semakin penasaran. Sebab selain ruang tamu, tidak ada lagi tempat yg bisa dipakai untuk menerima tamu. Kecuali tamunya masuk ke kamar Bu Lastri. Menyadari hal itu rasa ingin tahuku semakin menjadi.
Bersambung
Aku dan teman-teman suka bisik-bisik membicarakan tetek Bu Kantin yg memang gede. Bahkan diam-diam aku suka mencuri pandang ke busungan buah dadanya yg agak terbuka saat ia memakai baju yg belahan di bagian dadanya agak terbuka. Bahkan Bondan, temanku yg dikenal paling badung di sekolah, pernah sengaja tetap berdiri di pintu kamar Bu Lastri yg sempat saat wanita itu hendak lewat. Akibatnya tubuh Bondan dan Bu Lastri menjadi sangat rapat dan saling berdesakan.
“Sudah emak-emak tapi toket Bu Merry sangat mantap bro,” kata Bondan setelah itu.
Bondan mengaku, tetek Bu Lastri yg menyentuh lengannya terasa hangat dan empuk. Setelah melihat adegan seks di film BF seorang ibu ngentot dengan anaknya, kalau lagi horny diam-diam aku suka membaygkan Bu Kantin. Membaygkan nikmatnya meremasi susunya yg gede. Juga membaygkan ngentot dengan wanita berusia 52, seperti yg dilakukan seorang bocah belasan tahun bersetubuh dengan Nyonya Merry.
Sejak kematian Pak Munib, mantan suaminya yg bekerja sebagai tukang kebun dan penjaga sekolah dua tahun lalu, Bu Lastri tetap menjadi pengelola kantin dan tinggal di bangunan belakang sekolah. Posisinya sebagai pengelola kantin memang sempat nyaris tergusur gara-gara ada pihak luar yg mengajukan diri ke pihak yayasan. Namun entah bagaimana ceritanya hingga kini ibu dari satu anak dan tiga orang cucu yg konon transmigrasi ke luar Jawa itu tetap diperkenankan menempati rumah dinas penjaga sekolah dan mengelola kantin. Bahkan penjaga sekolah yg baru tidak mendapat jatah rumah dinas dan dibebaskan jaga malam hari.
Saat sampai di sekolah, seperti yg kuduga, pintu gerbang depan sekolah. Satu-satunya jalan masuk lain adalah lewat pintu belakang yg sengaja dibuat untuk akses keluar masuk Bu Lastri ke dlm kompleks sekolah bila sudah tidak ada kegiatan belajar. Tapi apa mungkin pintunya tidak dikunci bila Bu Lastri sudah di dlm rumah? Pikirku membathin.
Untung lokasi sekolah relatif jauh dengan pemukiman penduduk. Aku menjadi leluasa menuju ke tembok pagar bagian bangunan sekolah yg banyak ditumbuhi pohon pisang. Setelah memarkir motor di tempat yg kuanggap aman, kudekati pintu belakang. Dugaanku tidak meleset, pintu belakang pun tertutup rapat dan tergembok dari dlm. Mustahil kalau aku harus berteriak-teriak memanggil Bu Lastri dari luar pagar. Bisa-bisa malah dianggap maling atau orang yg hendak berbuat jahat.
Di tengah kekalutan membayangkan sikap kakaku yg tengah kehilangan laptop, kulihat setumpuk lonjoran bambu di dekat pematang. Mungkin milik petani sayuran yg hendak membuat pagar pagar untuk tanamannya. Aku menemukan akal. Ada pohon mangga di dlm lingkungan sekolah yg dahannya menjorok ke luar di atas pagar tembok. Maka kupakai beberapa batang bambu untuk panjatan naik ke atas tembok. Meski agak sulit akhirnya aku berhasil naik dan masuk ke lingkungan sekolah melalui pohon mangga.
Aku langsung menuju ke lokasi kantin yg juga menjadi tempat tinggal Bu Lastri. Namun langkahku tercekat. Di pelataran halaman kantin terlihat sebuah sepeda onthel kuno terparkir. Padahal aku tahu Bu Kantin sama sekali tidak memiliki kendaraan. Karena curiga, kudekati lokasi sepeda terparkir dengan berjalan mengendap. Ternyata sepeda onthel milik Pak Ilham. Aku bisa mengenali setelah melihat dlm jarak cukup dekat. Dan aku yakin sepeda itu miliknya setelah melihat adanya aksesoris bel berbentuk bulatan besar yg terpasang di stangnya. Pak Ilham yg merupakan salah satu aktivis klub sepeda onthel di kotaku, selalu membanggakan bentuk bel sepeda kuno yg dimilikinya.
Ada apa apa Pak Ilham malam-malam ada di rumah Bu Lastri? Tetapi lampu di ruang tamu Bu Kantin terlihat tidak menyala. Membuatku semakin penasaran. Sebab selain ruang tamu, tidak ada lagi tempat yg bisa dipakai untuk menerima tamu. Kecuali tamunya masuk ke kamar Bu Lastri. Menyadari hal itu rasa ingin tahuku semakin menjadi.
Bersambung
Labels:
CERITA BOKEP,
CERITA DEWASA,
CERITA HOT,
CERITA MALAM,
CERITA NYEPONG,
CERITA PANAS,
CERITA SKANDAL,
TOKET BULET,
TOKET GEDE
Thanks for reading Kepala Sekolah Kucing Garong Part 2. Please share...!
0 Komentar untuk "Kepala Sekolah Kucing Garong Part 2"