Lanjutan
Aku yg kenal betul seluk-beluk kantin dan tempat tinggal Bu Lastri langsung menyelinap ke dlm ruang kantin. Akses masuk ke ruang kantin tidak berpintu dan letaknya bersebelahan dengan kamar Bu Lastri. Bila di dlm kamar ada orang berbincang, pasti terdengar dari luar karena dinding bangunan rumah penjaga sekolah dan kantin terbuat dari papan yg karena faktor usia sudah banyak berlubang. “Tadi katanya cuma mau dipijat. Kok Bapak tangannya gerayangan begini sih,”
Suara Bu Lastri terdengar dari balik dinding kamarnya. Aku jadi makin penasaran. Apa mungkin Pak Ilham yg tengah menggerayangi Bu Lastri? Tapi sepeda onthel yg terparkir di halaman rumah penjaga sekolah memang milik dia. Perlahan dan tanpa bersuara aku mendekati dinding kamar. Setelah kutemukan lubang cukup besar yg memungkinkan mengintip ke dlm, aku langsung mengintipnya.
Dugaanku tidak meleset. Meskipun posisinya tengkurap dan hanya memakai celana dlm, pria yg tengah dipijat Bu Lastri ternayata benar Pak Ilham. Kepala sekolahku yg berkepala botak dan berperut buncit itu tiduran tengkurap di kasur. Ia terlihat sangat menikmati pijatan Bu Lastri yg duduk di tepi ranjang. Namun Pak Ilham tak sekedar menikmati pijatan istri almarhum Pak Munib. Tangannya sesekali menggerayangi ke bongkahan bokong besar istri almarhum penjaga sekolah itu. Mengelus dan meremas-remas pantat besar Bu Lastri meski masih adari luar daster yg dipakai wanita itu.
Pantas Bu Lastri memprotes karena tangan Pak Ilham yg geraygan. Bahkan ketika dipijat dlm posisi terlentang, ulah Pak Ilham semakin menjadi. Daster Bu Lastri disingkapnya lalu tangannya mulai menggeraygi paha wanita itu. Malah sepertinya tangan kepala sekolahku itu juga telah sampai ke organ intim sang wanita pengelola kantin. Sebab berkali-kali tubuh Bu Lastri menggerinjal-gerinjal dan berusaha menepis tangan Pak Ilham.
“Bapak gimana sih, janjinya cuma mau dipijat. Kok jadi seperti ini lagi,” kata Bu Lastri ketus.
“Pengin lihat memekmu Ah. Inimu mantep dan enak,” kata Pak Ilham sambil mencengkeram dan meremas gemas memek Bu Lastri.
“Saya kan sudah melayani bapak beberapa kali. Kita tidak boleh seperti ini. Bapak kan juga punya istri,” kembali Bu Lastri mencoba menepis tangan Pak Ilham.
Mungkin karena sakit memeknya dicengkeram meski ia tahu Pak Ilham tidak tengah berusaha menyakitinya.
“Istriku ogah-ogahan melayaniku Ah. Ayolah aku sudah pengen banget,” ujar Pak Ilham menghiba.
Entah karena nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun, penolakan Bu Lastri tidak membuat Pak Ilham surut langkah. Tanpa terduga, Pak Ilham yg semula tiduran telentang langsung bangkit. Bak gerakan seorang pegulat, ia meraih tubuh Bu Lastri yg tengah memijat dan langsung menggulingkannya. Saat posisi Bu Lastri menjadi terlentang dengan kaki terjuntai ke bawah di tepi ranjang, Pak Ilham langsung menindihnya. Kulihat Pak Ilham melumat bibir Bu Lastri. Tangannya juga mulai beraksi. Daster motif bunga-bunga yg dipakai wanita itu disingkapnya hingga kedua pahanya menyembul terbuka bahkan terlihat pula memeknya yg gembung menggunduk dan masih tertutup celana dlm warna hitam.
Selanjutnya tangan Pak Ilham terlihat mengusap-usap dan merabai vagina Bu Lastri. Awalnya Bu Lastri masih berusaha berontak. Ia berusaha mendorong dan menolak tubuh Pak Kepsek. Tetapi ketika tangan Pak Ilham telah menyelinap masuk ke balik celana dlm hitam itu dan melakukan sesuatu di sana, perlawanan Bu Lastri berangsur mengendur. Ia tidak lagi berontak dan tidak berusaha menolak tubuh Pak Ilham. Bahkan Pak Ilham tak perlu memaksa ketika ia meminta Bu Lastri melepas daster yg dipakainya. Saat dasternya terlepas, tetek Bu Lastri yg besar terlihat menggantung. Ia tidak memakai kutang. Putingnya-putingnya juga besar menonjol dengan bagian yg menghitam melingkarinya. Seperti bayi yg seharian tidak disusui, sambil memeluk tubuh Bu Lastri yg duduk di tepi ranjang, mulut Pak Ilham langsung nyosor menghisapi salah satu puting tetek wanita itu. Sedangkan teteknya yg lain menjadi sasaran pijatan dan remasan tangan Pak Ilham.
Aku jadi ingat Ny Merry pemeran film BF yg melakukan adegan seks dengan remaja pria. Tetek Ny Merry sepertinya sama ukurannya dengan milik Bu Lastri. Aku sudah berpuluh kali menontonnya hingga bisa membandingkannya. Berkali-kali aku menelan ludah karena terangsang. Nafasku memburu dengan mata yg terus menatap lewat lubang dinding kamar rumah dinas penjaga sekolah itu.
Sambil terus melahap dan mengenyoti tetek Bu Lastri secara bergantian, Pak Ilham mencoba mengarahkan tangan Bu Lastri ke kontolnya yg tampak menonjol di balik celana dlm. Namun Bu Lastri tidak bereaksi. Tangannya hanya mengelus-elus sesaat lalu dilepaskannya kembali. Sampai akhirnya Pak Ilham memelorotkan sendiri celana dlm yg dipakainya. Satu-satunya penutup tubuh yg tersisa.
Tadinya kukira Pak Ilham juga akan melepaskan celana dlm yg dipakai Bu Lastri. Aku sudah berharap adegan itu segera terjadi. Karena aku sudah ingin melihat langsung memek wanita itu. Bukan cuma mengkira-kira dari bentuknya yg membusung tercetak celana dlm warna hitam. Tetapi tidak Pak Ilham masih ingin mendapatkan layanan lain dari istri almarhum Pak Munib. Ia naik ke ranjang dan mengangsurkan kontolnya yg berukuran tak terlalu besar meminta untuk dikulum. Hanya, Bu Lastri mentah-mentah menolaknya. Memegang batangnya pun sepertinya enggan.
“Saya enggak pernah melakukan seperti itu pak. Nggak mau,”
“Ayo kulum saja Ah. Aku pengen sekali dikulum. Kamu kan sudah aku tolong hingga boleh bertempat tinggal terus di sini dan mengelola usaha kantin,” bujuk Pak Ilham.
Bersambung
Aku yg kenal betul seluk-beluk kantin dan tempat tinggal Bu Lastri langsung menyelinap ke dlm ruang kantin. Akses masuk ke ruang kantin tidak berpintu dan letaknya bersebelahan dengan kamar Bu Lastri. Bila di dlm kamar ada orang berbincang, pasti terdengar dari luar karena dinding bangunan rumah penjaga sekolah dan kantin terbuat dari papan yg karena faktor usia sudah banyak berlubang. “Tadi katanya cuma mau dipijat. Kok Bapak tangannya gerayangan begini sih,”
Suara Bu Lastri terdengar dari balik dinding kamarnya. Aku jadi makin penasaran. Apa mungkin Pak Ilham yg tengah menggerayangi Bu Lastri? Tapi sepeda onthel yg terparkir di halaman rumah penjaga sekolah memang milik dia. Perlahan dan tanpa bersuara aku mendekati dinding kamar. Setelah kutemukan lubang cukup besar yg memungkinkan mengintip ke dlm, aku langsung mengintipnya.
Dugaanku tidak meleset. Meskipun posisinya tengkurap dan hanya memakai celana dlm, pria yg tengah dipijat Bu Lastri ternayata benar Pak Ilham. Kepala sekolahku yg berkepala botak dan berperut buncit itu tiduran tengkurap di kasur. Ia terlihat sangat menikmati pijatan Bu Lastri yg duduk di tepi ranjang. Namun Pak Ilham tak sekedar menikmati pijatan istri almarhum Pak Munib. Tangannya sesekali menggerayangi ke bongkahan bokong besar istri almarhum penjaga sekolah itu. Mengelus dan meremas-remas pantat besar Bu Lastri meski masih adari luar daster yg dipakai wanita itu.
Pantas Bu Lastri memprotes karena tangan Pak Ilham yg geraygan. Bahkan ketika dipijat dlm posisi terlentang, ulah Pak Ilham semakin menjadi. Daster Bu Lastri disingkapnya lalu tangannya mulai menggeraygi paha wanita itu. Malah sepertinya tangan kepala sekolahku itu juga telah sampai ke organ intim sang wanita pengelola kantin. Sebab berkali-kali tubuh Bu Lastri menggerinjal-gerinjal dan berusaha menepis tangan Pak Ilham.
“Bapak gimana sih, janjinya cuma mau dipijat. Kok jadi seperti ini lagi,” kata Bu Lastri ketus.
“Pengin lihat memekmu Ah. Inimu mantep dan enak,” kata Pak Ilham sambil mencengkeram dan meremas gemas memek Bu Lastri.
“Saya kan sudah melayani bapak beberapa kali. Kita tidak boleh seperti ini. Bapak kan juga punya istri,” kembali Bu Lastri mencoba menepis tangan Pak Ilham.
Mungkin karena sakit memeknya dicengkeram meski ia tahu Pak Ilham tidak tengah berusaha menyakitinya.
“Istriku ogah-ogahan melayaniku Ah. Ayolah aku sudah pengen banget,” ujar Pak Ilham menghiba.
Entah karena nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun, penolakan Bu Lastri tidak membuat Pak Ilham surut langkah. Tanpa terduga, Pak Ilham yg semula tiduran telentang langsung bangkit. Bak gerakan seorang pegulat, ia meraih tubuh Bu Lastri yg tengah memijat dan langsung menggulingkannya. Saat posisi Bu Lastri menjadi terlentang dengan kaki terjuntai ke bawah di tepi ranjang, Pak Ilham langsung menindihnya. Kulihat Pak Ilham melumat bibir Bu Lastri. Tangannya juga mulai beraksi. Daster motif bunga-bunga yg dipakai wanita itu disingkapnya hingga kedua pahanya menyembul terbuka bahkan terlihat pula memeknya yg gembung menggunduk dan masih tertutup celana dlm warna hitam.
Selanjutnya tangan Pak Ilham terlihat mengusap-usap dan merabai vagina Bu Lastri. Awalnya Bu Lastri masih berusaha berontak. Ia berusaha mendorong dan menolak tubuh Pak Kepsek. Tetapi ketika tangan Pak Ilham telah menyelinap masuk ke balik celana dlm hitam itu dan melakukan sesuatu di sana, perlawanan Bu Lastri berangsur mengendur. Ia tidak lagi berontak dan tidak berusaha menolak tubuh Pak Ilham. Bahkan Pak Ilham tak perlu memaksa ketika ia meminta Bu Lastri melepas daster yg dipakainya. Saat dasternya terlepas, tetek Bu Lastri yg besar terlihat menggantung. Ia tidak memakai kutang. Putingnya-putingnya juga besar menonjol dengan bagian yg menghitam melingkarinya. Seperti bayi yg seharian tidak disusui, sambil memeluk tubuh Bu Lastri yg duduk di tepi ranjang, mulut Pak Ilham langsung nyosor menghisapi salah satu puting tetek wanita itu. Sedangkan teteknya yg lain menjadi sasaran pijatan dan remasan tangan Pak Ilham.
Aku jadi ingat Ny Merry pemeran film BF yg melakukan adegan seks dengan remaja pria. Tetek Ny Merry sepertinya sama ukurannya dengan milik Bu Lastri. Aku sudah berpuluh kali menontonnya hingga bisa membandingkannya. Berkali-kali aku menelan ludah karena terangsang. Nafasku memburu dengan mata yg terus menatap lewat lubang dinding kamar rumah dinas penjaga sekolah itu.
Sambil terus melahap dan mengenyoti tetek Bu Lastri secara bergantian, Pak Ilham mencoba mengarahkan tangan Bu Lastri ke kontolnya yg tampak menonjol di balik celana dlm. Namun Bu Lastri tidak bereaksi. Tangannya hanya mengelus-elus sesaat lalu dilepaskannya kembali. Sampai akhirnya Pak Ilham memelorotkan sendiri celana dlm yg dipakainya. Satu-satunya penutup tubuh yg tersisa.
Tadinya kukira Pak Ilham juga akan melepaskan celana dlm yg dipakai Bu Lastri. Aku sudah berharap adegan itu segera terjadi. Karena aku sudah ingin melihat langsung memek wanita itu. Bukan cuma mengkira-kira dari bentuknya yg membusung tercetak celana dlm warna hitam. Tetapi tidak Pak Ilham masih ingin mendapatkan layanan lain dari istri almarhum Pak Munib. Ia naik ke ranjang dan mengangsurkan kontolnya yg berukuran tak terlalu besar meminta untuk dikulum. Hanya, Bu Lastri mentah-mentah menolaknya. Memegang batangnya pun sepertinya enggan.
“Saya enggak pernah melakukan seperti itu pak. Nggak mau,”
“Ayo kulum saja Ah. Aku pengen sekali dikulum. Kamu kan sudah aku tolong hingga boleh bertempat tinggal terus di sini dan mengelola usaha kantin,” bujuk Pak Ilham.
Bersambung
Labels:
CERITA 18++ NGENTOT DI HOTEL,
CERITA BOKEP,
CERITA DEWASA,
CERITA HOT,
CERITA JEBOL PERAWAN,
CERITA LENDIR,
CERITA MALAM,
CERITA MESUM,
CERITA NGENTOT,
CERITA NGENTOT SEKERTARIS,
CERITA NGEWE,
CERITA NO SENSOR
Thanks for reading Kepala Sekolah Kucing Garong Part 3. Please share...!
0 Komentar untuk "Kepala Sekolah Kucing Garong Part 3"